Saturday, 18 Oct 2025

Keberlanjutan PMI dan Sampoerna: Inovasi dan Energi Bersih

4 minutes reading
Thursday, 20 Mar 2025 10:09 68 Admin22

HALOTANGERANG – Jacek Olczak, CEO Philip Morris International (PMI), menekankan pentingnya keberlanjutan dalam mencapai kinerja positif bagi perusahaan. PMI mengadopsi berbagai pendekatan untuk mengevaluasi aspek keberlanjutan, mencakup bisnis, operasional, dampak terhadap karyawan dan pemangku kepentingan, serta masyarakat secara umum.

Olczak menegaskan bahwa visi PMI dalam keberlanjutan adalah memastikan kesuksesan perusahaan tidak hanya untuk tahun ini dan tahun depan, tetapi juga untuk 10 hingga 20 tahun ke depan. “Kami perlu menganalisis semua metrik yang dapat menciptakan peluang untuk keberhasilan jangka panjang,” ujarnya dalam wawancara media di Jakarta pada 17 Maret 2025.

Dalam hal bisnis, PMI, yang merupakan induk dari PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), berkomitmen untuk menyediakan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa yang memilih untuk terus menggunakan produk tembakau. Ini dilakukan melalui pengembangan produk tembakau inovatif yang bebas asap.

Dari sisi operasional, PMI mendorong semua unit bisnisnya untuk menggunakan energi bersih. Selain itu, perusahaan berupaya mengurangi polusi air melalui efisiensi dan daur ulang dalam kegiatan operasionalnya. Olczak mencontohkan bahwa Sampoerna memiliki rekam jejak yang baik dalam manufaktur, tidak hanya dalam mempertahankan tingkat produksi tetapi juga dalam menerapkan praktik operasional yang berkelanjutan.

“Kami berinvestasi dalam teknologi hemat energi dan memastikan bahwa sumber energi yang kami gunakan lebih ramah lingkungan. Hal yang sama berlaku untuk penggunaan air, di mana kami berusaha meminimalkan polusi dan meningkatkan efisiensi,” jelasnya.

Olczak juga menyoroti pentingnya investasi dalam sumber daya manusia (SDM). PMI berkomitmen untuk membantu karyawan memahami teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), agar mereka tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan dapat memanfaatkan peluang baru.

Secara khusus, Olczak mengapresiasi Sampoerna yang telah mengirimkan sekitar 70 talenta terampil ke posisi strategis di perusahaan-perusahaan afiliasi PMI di seluruh dunia. “Mereka adalah individu berkualitas tinggi, bukan pekerja pemula,” tambahnya.

Lebih jauh, Sampoerna juga berupaya memberikan dampak sosial yang positif bagi masyarakat, termasuk pelaku UMKM, melalui Sampoerna Retail Community (SRC) yang mendukung lebih dari 250.000 toko kelontong di Indonesia. Selain itu, Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) telah membantu lebih dari 97.000 UMKM di seluruh Indonesia. “Saya percaya keberlanjutan berarti memastikan bahwa SDM berkembang seiring dengan perubahan di sekitar kita. Pada akhirnya, keberlanjutan harus sejalan dengan tujuan bisnis. Jika tidak, keberlanjutan tidak akan bertahan lama,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ivan Cahyadi, Presiden Direktur Sampoerna, menambahkan bahwa pilar kedua dari Falsafah Tiga Tangan yang dipegang Sampoerna adalah memberikan manfaat bagi karyawan, mitra bisnis, dan pemegang saham. Berdasarkan falsafah ini, Sampoerna berkomitmen untuk membantu karyawan berkembang serta memastikan seluruh rantai pasokan perusahaan juga tumbuh.

“Sampoerna bermitra dengan 22.000 petani tembakau dan cengkih, serta mengelola seluruh rantai pasokan. Seperti yang disebutkan oleh Jacek Olczak, SRC adalah bagian penting dari bisnis kami. Sampoerna secara langsung atau tidak langsung mempekerjakan lebih dari 90.000 orang,” jelasnya.

Ivan juga menyampaikan bahwa Sampoerna telah meraih sertifikat Top Employer di Indonesia selama tujuh tahun berturut-turut. Ia menekankan bahwa perusahaan memiliki program untuk merekrut karyawan dan membantu mereka beradaptasi dengan budaya perusahaan. Selain itu, perusahaan fokus pada identifikasi keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan, dengan penekanan pada pengembangan keterampilan masa depan.

“Untuk mendukung hal ini, kami mengirim karyawan untuk bekerja di luar Indonesia dan berkontribusi pada perusahaan induk kami, PMI. Saat ini, sekitar 70 orang bekerja di afiliasi PMI, dan kami juga mendatangkan orang-orang dari seluruh dunia ke Sampoerna untuk berbagi pengetahuan,” tambahnya.

Ivan melanjutkan bahwa Sampoerna juga memberikan pelatihan bagi karyawan yang akan memasuki masa pensiun, termasuk cara memulai usaha. Berkat program ini, banyak karyawan Sampoerna, terutama para pelinting atau ibu-ibu yang bekerja di pabrik sigaret kretek tangan (SKT), berhasil membuka usaha setelah pensiun. “Ini bukan hanya tentang bekerja dengan kami. Saat karyawan kami pensiun, kami membimbing mereka untuk terus maju dan berkembang, baik sebagai karyawan maupun pengusaha UMKM. Komitmen kami mencakup dari petani hingga masyarakat. Inilah cara Sampoerna berkontribusi bagi Indonesia,” tutupnya. (*)

Artikel ini juga tayang di vritimes

Featured

LAINNYA