Saturday, 29 Mar 2025

BeyondTraceability Talks: Strategi Kepatuhan EUDR untuk Rantai Pasok

4 minutes reading
Tuesday, 18 Mar 2025 01:51 16 Admin22

HALOTANGERANG – Koltiva menyelenggarakan BeyondTraceability Talks, sebuah forum diskusi strategis yang membahas kepatuhan terhadap Regulasi Anti Deforestasi Uni Eropa (EUDR) dan dampaknya terhadap rantai pasok global. Acara ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan industri, termasuk Ainu Rofiq (Co-Founder & Board Member Koltiva), Diah Suradiredja (Sekretariat Pengembangan National Dashboard di Kemenko Perekonomian RI), dan Insan Syafaat (Direktur Eksekutif PISAgro), untuk membahas tantangan dan strategi kepatuhan bagi Indonesia sebagai negara penghasil komoditas. Diskusi ini mencakup berbagai solusi, seperti optimalisasi teknologi melalui KoltiTrace, verifikasi lapangan, dan peningkatan kapasitas petani kecil agar tetap kompetitif di pasar global.

Regulasi Anti Deforestasi Uni Eropa (EUDR) terus mengubah perdagangan global dengan menempatkan keberlanjutan sebagai syarat utama untuk akses pasar. Aturan ini bertujuan untuk mencegah produk yang terkait dengan deforestasi masuk ke Uni Eropa, namun pelaksanaannya menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penundaan hingga perdebatan politik yang masih berlangsung. Bagi negara penghasil komoditas seperti Indonesia, perubahan ini membawa tantangan sekaligus peluang strategis.

Untuk mengatasi tantangan ini, Koltiva, perusahaan teknologi pertanian yang fokus pada rantai pasok berkelanjutan, menggelar BeyondTraceability Talks, sebuah forum yang mempertemukan pemangku kepentingan industri untuk membahas dinamika kepatuhan terhadap EUDR. Diskusi ini menghadirkan Ainu Rofiq, Co-Founder dan Board Member Koltiva, Diah Suradiredja dari Sekretariat Pengembangan National Dashboard di Kemenko Perekonomian RI, serta Insan Syafaat, Direktur Eksekutif PISAgro. Forum ini mengupas kompleksitas regulasi, dampaknya terhadap ekspor Indonesia, serta strategi untuk meningkatkan keberlanjutan dalam rantai pasok global.

Penundaan penerapan EUDR selama 12 bulan mencerminkan kompleksitas dalam implementasinya. Meskipun memberikan lebih banyak waktu bagi pelaku industri, langkah ini juga menggarisbawahi kekhawatiran berbagai pihak terhadap dampaknya pada perdagangan global. Bagi Indonesia, regulasi ini menuntut investasi besar dalam sistem ketertelusuran, peningkatan kapasitas, proses sertifikasi, dan teknologi pendukung—tantangan yang berat, terutama bagi petani kecil.

“Kerangka regulasi saat ini menghadirkan tantangan besar bagi petani kecil,” ungkap Ainu Rofiq, Selasa, 18 Maret 2025. “Tanpa dukungan yang memadai, mereka berisiko tertinggal, tidak mampu memenuhi persyaratan kepatuhan, dan akhirnya terisolasi dari perdagangan global.”

Meskipun banyak tantangan, terdapat beberapa solusi seperti optimalisasi teknologi, keterlibatan langsung di lapangan, dan model bisnis inklusif untuk membantu petani kecil memenuhi regulasi. Koltiva mengembangkan pendekatan terintegrasi yang memastikan transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan, memungkinkan bisnis menghadapi kompleksitas EUDR sekaligus mendukung petani kecil. Dengan penerapan penuh EUDR pada tahun 2026, waktu semakin mendesak untuk memastikan kepatuhan. Saat pasar global semakin berfokus pada komoditas berkelanjutan dan bebas deforestasi, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan penyedia teknologi menjadi kunci agar Indonesia tetap kompetitif di perdagangan internasional.

Ketertelusuran Berbasis Teknologi untuk Kepatuhan

Sektor pertanian Indonesia memegang peran penting dalam perekonomian, dengan nilai ekspor mencapai USD 52,9 miliar dan impor sebesar USD 30,3 miliar pada 2023, mencatatkan surplus perdagangan (Antara, 2023). Namun, sektor ini masih menghadapi tantangan seperti deforestasi, emisi gas rumah kaca akibat perubahan penggunaan lahan, serta keterlambatan dalam integrasi rantai nilai global karena keterbatasan teknologi, yang berdampak pada kualitas produk dan efisiensi produksi (World Economic Forum, 2024; World Bank, 2022). Untuk mendukung petani kecil yang terdampak regulasi ketat Eropa, pemerintah Indonesia tengah merancang langkah perlindungan, salah satunya melalui pengembangan National Dashboard—sistem data terintegrasi yang bertujuan memastikan transparansi dan ketertelusuran dalam rantai pasok komoditas.

Arah Masa Depan dan Peluang

Melihat ke depan, diskusi menyoroti potensi teknologi untuk merevolusi proses kepatuhan. Integrasi alat digital dapat memperlancar pengumpulan data dan meningkatkan akurasi upaya ketertelusuran.

Para panelis mendorong bisnis untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan guna menciptakan solusi yang tidak hanya memenuhi persyaratan regulasi tetapi juga mendorong pengelolaan lingkungan yang baik.

Lebih jauh lagi, pentingnya kesadaran konsumen ditekankan, karena konsumen yang terinformasi semakin menuntut produk yang berkelanjutan. Perubahan perilaku konsumen ini memberikan peluang bagi bisnis untuk membedakan diri di pasar dengan menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan.

Kesimpulan

BeyondTraceability Talks berfungsi sebagai platform penting untuk dialog antara pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan. Dengan membahas tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh EUDR, peserta menjadi lebih siap untuk menghadapi lanskap perdagangan global yang terus berkembang.

Seiring dengan mendekatnya tenggat waktu untuk kepatuhan penuh terhadap EUDR, urgensi untuk bertindak semakin jelas. Melalui kolaborasi, inovasi, dan komitmen terhadap keberlanjutan, para pemangku kepentingan dapat memastikan bahwa praktik mereka tidak hanya mematuhi regulasi tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. (*)

Artikel ini juga tayang di vritimes

Featured

LAINNYA