HALOTANGERANG – Sudah memasang iklan tetapi pelanggan masih sedikit? Saatnya menerapkan strategi pemasaran paralel! Mari kita eksplorasi lebih dalam dalam artikel ini.
Banyak pemilik bisnis beranggapan bahwa setelah mulai beriklan di platform digital seperti Google Ads atau Meta Ads, pelanggan akan segera berdatangan. Namun, kenyataannya tidak semudah itu.
Beriklan di Google, Instagram, atau TikTok memang dapat meningkatkan visibilitas, tetapi iklan hanyalah salah satu elemen dalam strategi pemasaran yang lebih luas.
Menurut laporan dari Statista, diperkirakan pengeluaran untuk iklan digital di Indonesia pada tahun 2024 akan mencapai Rp64,8 triliun, dengan pertumbuhan yang signifikan terutama di sektor media sosial dan pencarian Google.
Meskipun angka ini menunjukkan bahwa semakin banyak bisnis yang memanfaatkan iklan digital, hasil yang diperoleh tetap dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya.
Pelanggan saat ini tidak serta merta melakukan pembelian hanya karena melihat satu iklan. Mereka mungkin memerlukan lebih banyak interaksi, mencari ulasan, atau menunggu waktu yang tepat sebelum membuat keputusan.
Dalam pemasaran digital, iklan sebaiknya tidak berdiri sendiri. Agar setiap rupiah yang kamu investasikan memberikan hasil yang optimal, berikut beberapa langkah yang bisa diambil bersamaan dengan iklan.
(Jika kamu tidak memiliki keterampilan yang diperlukan, freelancer di Sribu siap membantu!)
Banyak bisnis mengeluarkan anggaran besar untuk iklan, tetapi seringkali mengabaikan hal yang paling mendasar: ke mana calon pelanggan diarahkan setelah mengklik iklan?
Sebagian besar iklan digital mengarahkan pengunjung ke landing page (LP)—halaman yang dirancang khusus untuk mengonversi pengunjung menjadi pelanggan. Jika LP ini tidak menarik, sulit dinavigasi, atau lambat dimuat, pengunjung akan segera meninggalkan halaman tersebut.
Menurut penelitian dari Unbounce, sekitar 49% hingga 70% pengunjung meninggalkan LP tanpa berinteraksi. Hal ini bisa disebabkan oleh desain yang kurang menarik, CTA (call-to-action) yang tidak jelas, atau halaman yang membingungkan.
Solusinya adalah memastikan LP memiliki struktur yang jelas dan langsung mengarah pada tujuan yang diinginkan, baik itu pembelian, pendaftaran, atau pengumpulan leads.
Banyak pelanggan tidak akan langsung membeli produk setelah melihat iklan pertama kali. Mereka biasanya ingin mencari informasi lebih lanjut tentang merek atau produk tersebut.
Apakah produk ini berkualitas? Apa pendapat orang-orang yang sudah mencobanya? Bagaimana pengalaman pelanggan lain?
Seorang calon pelanggan yang tertarik dengan produk skincare, misalnya, tidak akan langsung membeli setelah melihat iklan. Mereka mungkin akan mencari ulasan di YouTube, membaca artikel di blog, atau melihat testimoni di Instagram sebelum membuat keputusan.
Oleh karena itu, sambil menjalankan iklan, penting untuk membangun strategi konten yang kuat. Ini bisa berupa video edukatif di media sosial, artikel blog yang menjelaskan manfaat produk, atau kolaborasi dengan influencer yang memberikan ulasan jujur.
Sebuah studi menunjukkan bahwa hanya sekitar 2% pelanggan yang melakukan pembelian pada kunjungan pertama. Dengan kata lain, 98% lainnya mungkin masih ragu, ingin membandingkan produk, atau belum siap untuk membeli.
Di sinilah strategi retargeting menjadi sangat penting! Dengan retargeting, kamu dapat menampilkan iklan kembali kepada orang-orang yang sebelumnya telah berinteraksi dengan bisnismu.
Misalnya, jika seseorang telah melihat halaman produk tetapi belum melakukan pembelian, mereka bisa diberikan iklan khusus dengan penawaran menarik, seperti diskon untuk pembelian pertama atau testimoni dari pelanggan lain yang puas.
Strategi ini jauh lebih efektif dibandingkan terus menargetkan audiens baru yang belum mengenal merek kamu.
Ketika seseorang mengunjungi LP dan meninggalkan informasi kontak, itu adalah kesempatan besar untuk terus berinteraksi hingga mereka siap membeli. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui email marketing.
Email bukan hanya alat promosi, tetapi juga sarana untuk memberikan edukasi tentang produk, membangun hubungan dengan pelanggan, dan menawarkan promo eksklusif.
Sebagai contoh, pelanggan yang belum menyelesaikan transaksi bisa dikirimi email pengingat dengan insentif tambahan, seperti diskon atau bonus spesial. Sementara itu, pelanggan yang sudah membeli bisa diberikan rekomendasi produk lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Strategi ini akan membantu meningkatkan loyalitas pelanggan, yang pada akhirnya akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian berulang tanpa perlu terus-menerus mengeluarkan biaya untuk iklan baru.
Menurut Google, 80% bisnis yang menggunakan strategi berbasis data mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan insting. Dengan menganalisis data, kamu dapat mengetahui iklan mana yang paling efektif, siapa audiens yang paling responsif, dan konten apa yang mendapatkan engagement tertinggi.
Dari sini, strategi pemasaran kamu bisa terus disempurnakan untuk memberikan hasil yang lebih maksimal.
Iklan online memang penting untuk menarik pelanggan, tetapi jika hanya mengandalkan iklan tanpa strategi pendukung, hasilnya akan jauh dari optimal. Pastikan iklan yang kamu jalankan didukung oleh landing page yang siap menangkap konversi, strategi konten yang membangun kepercayaan, retargeting yang menyasar pelanggan potensial, email marketing yang menjaga hubungan, serta analisis data yang terus memperbaiki strategi pemasaran.
Jika kamu merasa kesulitan mengelola semua ini sendiri, Sribu.com memiliki banyak freelancer digital marketing yang siap membantumu mengoptimalkan strategi bisnis dengan cara yang lebih efisien. Jangan biarkan anggaran iklan terbuang sia-sia—gunakan strategi pemasaran paralel yang tepat agar penjualan dapat terus meningkat! (*)
Artikel ini juga tayang di vritimes
No Comments